Selasa, 25 September 2012

Kumpulan Cerpen



Demi Sebuah Mimpi

Berlari-lari mengejar mentari
Kala hujan menunggu pelangi
Sepertinya lelah enggan menyentuh
Tubuh kecil yang penuh semangat
Riak ombak bergulung dari kejauhan
Ketika aku menatap di sini
Pandanganku jauh menerawang
Esok,
Ah, aku masih tidak tahu tentang esok
Ku biarkan saja mimpi ini terbang
Melayang menggapai harapan
Aku tidak peduli,
Biarkan saja ini mengalir seperti air
Kalaupun aku tersandung
Itu sudah biasa, tidak usah khawatir
Aku akan bangkit lagi
Berjalan dan kemudian berlari
Berlomba dengan mentari
Demi sebuah impian




“Sis, lo mau gak jadi cewek gua?”
Akhirnya kalimat itu terucap juga dari mulut Andre, cowok yang belakangan ini mengisi hari-hari Siska. Sejak Siska berkenalan dengan Andre sekitar enam bulan yang lalu, Andre selalu membuat Siska bahagia. Meskipun perkenalan mereka saat itu tak disengaja, tapi justru itu yang membuat Siska suka tersenyum sendiri ketika mengingat peristiwa itu. Saat itu, Andre menelepon Siska untuk pertama kalinya, tapi Andre bahkan tidak tahu yang mana gadis yang bernama Siska. Lucu. Semua berkat Ryan, teman Andre yang ingin berkenalan dengan Siska namun tak ada nyali untuk maju sendiri. Akhirnya Andre-lah yang menjadi tamengnya.
“Sis?”
“Sis!” Andre berteriak di telepon.
“Oh iya, sorry…” Siska tersadar dari lamunannya.
“Jadi? Lo mau gak jadi cewek gua?”
Siska berpikir sejenak walau dalam hati ia sangat senang sekali mendengar Andre menyatakan perasaannya.
“Gua itung sampe 13 dan lo harus udah punya jawabannya,” ucap Andre.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran.
“Iya.”
                                                         ***
“Cieee…. yang baru jadian senyum-senyum mulu dari tadi,” ejek Lisa.
Lisa adalah teman baik Siska sejak mereka kelas 1 SMP. Sudah tiga tahun mereka bersahabat, dan Lisa selalu ada untuk Siska, begitu pula sebaliknya. Tidak ada yang mereka tidak ceritakan satu sama lain. Siska senang sekali mempunyai sahabat seperti Lisa.
“Lisa!!! Jangan gitu dong ah!” jawab Siska tersipu-sipu malu.
“Tapi ngomong-ngomong lo ga bareng cowok lo? Mang belom waktunya anak SMA istirahat ya?” tanya Lisa.
Memang, Siska dan Andre jarang terlihat bersama di sekolah. Mungkin karena jadwal Siska yang masih duduk di kelas 3 SMP agak sedikit berbeda dengan Andre yang sudah duduk di kelas 1 SMA.
“Kayaknya bentar lagi deh, Lis. Eh, tuh orangnya!” seru Siska sambil menunjuk ke arah Andre yang sedang berdiri di dekat pintu kantin.
“Hai!” sapa Andre sambil nyengir ketika mereka jalan berpapasan. Lalu, Andre langsung jalan begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi pada Siska.
“Apaan tuh?!! Lo orang sebenernya pacaran apa kaga sih?” ucap Lisa kesal.
“Yah, dia emang orangnya kayak gitu, Lis. Gengsian. Mau diapain lagi,” jawab Siska sambil menghela napas.
“Ya tapi kan lo ceweknya, Sis? Masa nyapa aja kaya gitu?!” ucap Lisa dengan nada yang makin meninggi.
“Udahlah, Lis. Justru karna gua sekarang udah jadi ceweknya, makanya gua harus lebih bisa ngertiin dia,” Siska menjawab dengan tenang, meski dalam hati, Siska ingin sekali seperti pasangan-pasangan lainnya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama tiap kali ada kesempatan. Namun Siska harus puas dengan keadaannya sekarang.
Mungkin emang gua yang terlalu banyak mikir, gua gak boleh terlalu banyak menuntut. Andre sayang sama gua dan itu udah cukup, batin Siska.

***
Sis, kayaknya lebih baik kita putus aja…
Siska membaca SMS dari Andre berkali-kali. Ia tidak percaya Andre tega memutuskannya begitu saja. Selama tujuh bulan mereka berpacaran, Siska merasa sangat bahagia. Meski kadang ia sangat ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi bersama Andre, tapi ia bisa menerima sepenuhnya, ia tidak mau menuntut lebih banyak lagi.
“Udah dong, Sis. Jangan nangis terus, mungkin dia emang bukan yang terbaik buat lo,” hibur Lisa.
“Tapi gua sayang banget sama dia, Lis. Dia gengsi ngomong ama gua, okay.. gua terima. Dia malu kalo jalan bareng ama gua di sekolah, okay.. gua juga ngerti. Tapi gua gak mau putus, Lis,” tutur Siska di sela-sela tangisnya.
Lisa memeluk sahabatnya erat. Lisa ikut merasakan kesedihan yang sedang dirasakan teman terbaiknya ini.
***
Dua tahun sudah sejak Andre mengakhiri hubungan mereka. Sejak saat itu, mereka sama sekali tidak berhubungan. Siska pernah sekali mendengar kabar tentang Andre yang sudah mempunyai pacar baru. Siska sedih. Ia sedih karena hanya dua bulan yang Andre butuhkan untuk melupakan dirinya dan kemudian menjalin hubungan dengan orang lain. Terlebih lagi, Siska tidak menyangka bahwa orang lain itu adalah Rini, adik kelasnya yang selalu mencuri-curi kesempatan untuk bisa bersama Andre, bahkan ketika mereka masih berpacaran.
Brrr… Brrr… HP Siska bergetar.
1 received message
Lo mau gak jadi cewek gua lagi?
Siska kaget membaca SMS dari Andre. Ya, Andre yang meninggalkannya dua tahun yang lalu. Tiba-tiba Siska merasakan sakit hatinya kembali. Kemudian ia memutuskan untuk mengabaikan SMS tersebut. Sejak saat itu, Andre mulai mengirim SMS lagi untuk Siska. Hanya beberapa yang dibalas oleh Siska, itupun ia jawab sesingkat mungkin.
Ini berlangsung selama dua tahun, Andre mencoba untuk mendekati Siska kembali lewat sms ataupun telepon. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Siska. Siska pun akhirnya setuju. Ketika mereka bertemu, mereka ngobrol seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Mungkin mereka berdua sama-sama belum siap untuk membahas peristiwa yang terjadi sekitar 4 tahun yang lalu itu.
“Gimana kabar lo, Sis? Dah punya cowok baru blom?” tanya Andre penasaran.
“Baik. Kenapa tanya-tanya?” sindir Siska.
“Gak apa-apa, pengen tau aja,” jawab Andre enteng.
Mereka berusaha menghabiskan hari itu senormal mungkin. Hingga sesampainya Siska di rumah, ia menangis sendirian di kamarnya. Ia sadar, rasa sayangnya untuk Andre belum hilang sepenuhnya. Padahal, ia telah mencoba begitu keras untuk menghapus semua kenangannya bersama Andre.
Kenapa sih, Ndre? Kenapa lo mesti dateng lagi ke kehidupan gua di saat gua udah mulai bisa ngelupain lo? Gua bener-bener pengen ngelupain lo, tapi kenapa lo harus muncul lagi di depan gua? Kenapa, Ndre? Kenapa? batin Siska sambil menangis.
***
Kriiiinngg!
Telepon rumah Siska berdering di saat hampir tengah malam.
“Halo?” jawab Siska.
“Sis, gua Andre…”
Siska bingung untuk apa Andre meneleponnya tengah malam begini.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.
Andre terdiam sejenak.
“Ndre? Halo? Lo kenapa diem?” Siska heran.
“Sis, mungkin gak ada kesempatan kedua buat gua? Gua tau gua salah, apa yang gua lakuin empat  tahun lalu itu seharusnya gak gua lakuin. Gua nyesel banget. Gua pikir dengan jadian ama orang lain gua bisa ngelupain lo, ternyata gak. Lo memang beda. Jujur aja, setelah kita putus, gua deket ama banyak cewek, bahkan gua sempet jadian tiga kali. Tapi gua sadar gua gak bisa bohongin perasaan gua, Sis.. Gua sayang ama lo…”
Siska terdiam. Tak terasa air mata menetes di pipinya. Ia tidak tahan lagi.
“Kalo emang lo sayang ama gua, kenapa lo tetep jadian ama cewek-cewek lo? Kenapa baru sekarang lo bilang semua ini sama gua? Kenapa, Ndre?” Siska tak kuasa menahan tangisnya.
“Gua tau gua salah. Tapi gua bener-bener gak mau kehilangan lo lagi, Sis. Gua bener-bener pengen lo ada di samping gua kaya dulu… Gua selalu nyari sosok diri lo di semua cewek yang gua temuin, tapi mereka tetep bukan lo! Gua cuma mau lo! Cuma lo yang bisa buat gua bahagia, cuma lo yang bisa buat gua ngerti dan ngerasain cinta yang sebenernya,” ucap Andre.
“Sis, gua bener-bener minta maaf,” lanjutnya.
Siska hanya bisa menangis dan diam. Malam itu benar-benar malam yang membingungkan bagi Siska. Di satu sisi, Siska masih amat sangat menyayangi Andre, tapi di sisi lain dia masih ingat benar bagaimana sakit hatinya ketika Andre pergi meninggalkan dirinya.
“Sis, gua ngerti kalo lo belom bisa nerima gua. Gua cuma mau lo tau kalo gua bener-bener sayang ama lo, dari dulu sampai sekarang. Gua mau kita kayak dulu lagi. Gua nyesel banget kenapa gua waktu itu harus ninggalin lo. Gua ga tau lagi mesti gimana, mudah-mudahan suatu saat lo bisa percaya ama gua.”
Siska menangis, lalu tersenyum.




Di Manakah Cinta?

Di manakah cinta?
Apabila cinta bermain akrobat di belakangku…
Bila cinta bersembunyi di balik selimut palsu
Bila wajahnya pun bersembunyi di balik topeng
Sehingga belaian hanyalah sebuah bayangan semu
Di manakah cinta?
Bila bibir seperti sayat belati…
Bila mata seperti api menjalar..
Bila langkah menjadi terseret-seret
Sehingga terhempas debu dan angin kencang
Di manakah cinta?
Bila cinta memuntahkan kata-katanya tepat di depan bibir…
Bila cinta memaki aku dipinggir ketidaktahuanku…
Menusuk jantungku dengan sakratisnya…
Sehingga jantung ini merintih sibuk mengais-ngais darah…
Di manakah cinta?
Bila kemunafikan dibalik segalanya…
Bila kebohongan bermain dengan bebasnya…
Bila kepalsuan menjadi sahabatnya…
Sehingga merobohkan setiap sudut hati…
Di manakah cinta?
Bila semuanya menjadi salah…
Bila tangisan menggema dalam setiap langkah…
Bila jeritan hati diacuhkan..
Sehingga semua terkalahkan oleh kepalsuan semata…
Di manakah cinta?
Apabila sang cinta menjilat sendiri kata-katanya…
Kemudian dimuntahkannya kata-kata itu tepat di wajahku…
Meninggalkan jejak kotor di sela-sela tangisku…
Sukses dia mempora-porandai aku yang haus akan kasih sayangnya…
Lalu…
Setelah semua itu terjadi…
Aku masih bertanya-tanya…
Di manakah cinta?
Bila kejujuran digusur oleh kebohongan…
Bila senyuman diganti oleh tangisan…
Dan bila pertanyaan dibunuh oleh pernyataan…
Di manakah cinta?
UNTUK DIA YANG PERNAH BILANG BAHWA CINTA ITU TIDAK DAPAT TERJADI DALAM WAKTU SINGKAT

Read More >>

VIP

VIP

VIP

CopyRight © 2012 - Nuel Blog Template Redesign By Kuntoro Tirto Madani